:.R.A.E.:
TONK SAMPAH poenya RIDWAN A EDHY

HUSN AT-TA’LIL


حسن التعليل

HUSNU AT-TA’LIL (Alasan yang Baik) 

Pengertian Husn al-Ta’lil dalam Bahasa Arab Husn at-Ta’lil terdiri dari dua kata, yaitu kata husn dan ta’lil. Secara leksikal, husn artinya ’bagus’, sedangkan ta’lil artinya ’alasan’. Sedangkan secara terminologis, husn ta’lil menurut para ulama balaghah adalah:

حسن التعليل أن ينكر الأد يب صراحة أو ضمنا علة شيء المعروفة, ويأ تي بعلة
أد يب طريفة تناسب الغرض الذي يرمى إليه” 

Husnu ta’lil adalah sebuah konsep keindahan makna dari lafadz-lafadz syair atau al-Qur’an. Kata husnu ta’lil ini sendiri pun diambil dari nama salah seorang sastrawan. Ia mengingkari secara terang-terangan ataupun secara terpendam sebuah alasan yang telah dikenal umum oleh banyak orang untuk suatu peristiwa.
Disisi lain ia mendatangkan alasan baru yang dibuatnya yang bernilai sastra. Alasan ini jika didengar bisa berupa bahasa yang lembut dan sesuai dengan keinginannya.

Al-Ma’ari berkata dalam sebuah ratapannya:
وما كلفة البدر المنير قديمة * ولكنها في وجه أثر اللطم
“Bintik-bintik hitam pada bulan purnama yang bercahaya itu bukan ada sejak dulu. Akan tetapi, pada muka bulan itu ada bekas tamparannya.”

Dalam syi’ir di atas penyair ingin mengungkapkan kesedihan yang diderita oleh seseorang yang ditinggal oleh orang yang dicintainya. Karena sangat sedihnya ia memukul-mukul wajahnya sehingga tampak bekas tamparan tersebut pada wajahnya.
Pada syi’ir di atas penyair tidak menjelaskan alasan tersebut dengan sebenarnya, akan tetapi dia memalingkan kepada noda hitam yang ada pada bulan. Ia mendakwakan bahwa kekeruhan atau kotoran hitam yang ada pada bulan purnama bukanlah tumbuh dari sebab alami, tetapi terjadi karena bekas tamparan sendiri karena berpisah dengan orang yang ditangisi.

Ibnur-Rumi berkata:
أما ذكاء فلم تصفر إذجنحت * إلا لفرقة ذاك المنظر الحسن
“Adapun matahari yang bercahaya, tidaklah menguning ketika akan tenggelam. Kecuali karena akan berpisah, dengan orang yang dipandang baik.”
Dalam contoh di atas penyair bertujuan menyatakan bahwa matahari tidak menguning dan terbenam karena sebab-sebab yang telah dikenal, tetapi matahari itu menguning karena khawatir berpisah dengan wajah orang yang disanjung.

Penyair lain berkata tentang berkurangnya hujan di Mesir:
ما قصر الغيث عن مصر وتر بتها * طبعا ولكن تعداكم من الخجل
“Hujan tidak berkurang di Mesir dan sekitarnya karena factor alam, tetapi karena banyak menanggung malu.”
Dalam contoh di atas penyair mengingkari bahwa penyebab berkuarngnya hujan di Mesir itu adalah faktor alam. Sehubungan dengan keingkarannya itu ia menyodorkan alasan lain, yaitu bahwa hujan itu malu turun di bumi yang dipenuhi oleh keutamaan dan kemurahan orang yang dipuji karena merasa tidak mampu bersaing dengan kemurahan dan pemberiannya. 

Surah al-Anfal ayat 17
Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar.

Surah Ali-Imran ayat 67.
Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi Dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) …..

Kesimpulan

Sebagai kesimpulan, penulis dapat mengutarakan bahwa kaidah husn ta’lil adalah sebuah kaidah tentang bagaimana cara mengutarakan alasan yang baik, dimana dengan alasan ini seorang penyair atau sastrawan bisa memberikan suatu ungkapan dengan makna yang sangat indah, walaupun sebenarnya maksud sebenarnya dari ungkapan itu telah tertuang dalam ungkapan yang ia utarakan.


Sumber : http://kiflipaputungan.wordpress.com
0 komentar:

Posting Komentar

Laris Manis

Jama'ah


ShoutMix chat widget

Toko Baju Online