:.R.A.E.:
TONK SAMPAH poenya RIDWAN A EDHY

Kesalahan Berbahasa


Analisi Kesalahan Berbahasa

Di Piliphina, bahasa  Inggris masih menduduki  peranan penting karena digunakan di suasana resmi. Bangsa Piliphina sendiri mempunyai bahasa–bahasa tagalog, Visaya, Ilokano, Marasingan, Pampanga. Bangsa Piliphina banyak yang termasuk kategori dwibahasawan. Bahkan negara tetangga kita Singapura yang wilayahya dapat dikatakan begitu kecil, memiliki tiga bahasa yang diakui oleh negara yakni bahasa India, bahasa  Cina, bahasa Melayu. Bahasa resmi yang digunakan bahasa Inggris. Hal yang mirip walaupun tidak sama, kita jumpai juga di Malaysia, Swiss, Belgia, Uni Soviet,Tanzania dan sebagainya.

Orang yang biasa menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian untuk tujuan yang berbeda merupakan agen pergontak dua bahasa. Semakin besar  jumlah orang yang seperti ini, maka semakin intensif pula kontak antara dua bahasa yang mereka gunakan. Kontak ini menimbulkan saling pengaruh, yang manifestasinya menjelma didalam penerapan kaidah bahasa pertama (B1)  didalam penggunaan  bahasa kedua ( B2 ). Keadaan sebaliknya pun dapat terjadi didalam pemakaian sistem B2, pada saat penggunaan B1.  Salah satu dampak negatif dari praktek penggunaan dua bahasa secara bergantian adalah terjadinya kekacauan  pemakaian  bahasa, yang  lebih dikenal dengan istilah Interferensi

Orang Sunda dalam berbahasa Indonesia, sering mengucapkan fonem /f/  dan /v/ menjadi /p/. Misalnya kata – kata pasif akt if, kreatif, fakultas, November, variasi, variable diucapkan menjadi aktip, pasip, kreatip, pakultas, nopember, pariasi, pariable. Begitu juga orang Jawa sering kita dengar menggunakan struktur kalimat bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia, misal : Rumahnya Ali besar sendiri. Orang toba sering mengucapkan fonem /a/ atau pepet menjadi /e/ atau taling. Kata – kata beberapa , teman, telah, senang, sekali, beras, perlu.

Interferensi  merupakan salah satu faktor penyebab kesalahan berbahasa, interferensi itu sendiri merupakan produk dari kedwibahasaan. Kedwibahasaan terjadi karena pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa mungkin melalui jalur pendidikan atau pengajaran bahasa informal ( dirumah ) dan jalur pendidikan atau jalur formal (disekolah ) atau melalui  kedua jalur itu secara simultan.  Memahami kesalahan berbahasa tidak mengkin dilakukan secara tuntas tanpa pemahaman yang baik terhadap interferensi, kedwibahasaan, pemerolehan bahasa, dan pengajaran bahasa yang erat berhubungan satu sama lain.

Istilah  pemerolehan bahasa  atau language acquisition biasanya diikuti oleh kata pertama atau kedua. Sehingga kita kenal istilah pemerolehan bahasa pertama ( PB1 )  atau first language acquisition dan pemerolehan bahasa kedua ( PB2 ) atau second language acquisition.

“pemerolehan bahasa kedua adalah proses yang disadari atau tidak  disadari dalam mempelajari bahasa kedua setelah seseorang menguasai bahasa ibunya, baik secara alamiah maupun ilmiah”.
Berikut ini adalah beberapa catatan saya tentang  interferensi pola bahasa Indonesia kedalam bahasa Arab:
1. الأَمْطَارُ تَنْزِلُ كُلَّ يَوْمٍ فِيْ المَدِيْنَتِيْ
Hujan turun setiap hari di kotaku
= seharusnya dalam kata "kotaku" menjadi  مدينتي karena isim yang telah ditambah dlamir tidak bisa ditambahkan ال ta'rif. 
2. أَبِيْ التَّاجِرُ فِيْ السُّوْقِ
Bapakku seorang pedagang di pasar
= posisi التاجر  adalah sebagai khabar, maka tidak bisa ditambahkan ال  ta'rif. Jadi kalimat seharusnya adalah أبي تاجر في السوق
3. لِيْ قَلَمَانِ الجَمِلَتَنِ
Aku memiliki dua pulpen yang bagus
= dalam kalimat bahasa Arab, kata sifat haruslah mengikuti kata yang disifatinya. Dalam kalimat ini kata yang disifatinya adalah قلمان maka sifat yang cocok adalah جميلان, karena kata yang disifati berbentuk musana dan jenisnya maskulin.
4. الطُّلاَّبُ يَدْرُسُ اللُّغَةَ العَرَبِيَّةَ فِيْ الفَصْلِ
Para mahasiswa itu belajar bahasa Arab di kelas
= kalimat tersebut adalah Jumlah Ismiyah, maka harus ada kesesuaian antara mubtada dan khabar, karena mubtada dalam kalimat ini adalah jama' maskulin maka khabarnya harus mengikutinya, jadi kalimat yang benar adalah الطلاب يدرسون ...
5. الأُمَّهَاتُ يَتْبَخُ فِيْ المَطْبَخِ
Para ibu itu sedang memasak di dapur
=kata memasak dalam bahasa Arab adalah طبخ – يطبخ, karena susunan kalimat tersebut adalah Jumlah ismiyah, maka khabar harus mengikuti mubtada dalam bentuk dan jenisnya, maka kalimat yang tepat adalah الأمهات يطبخن في المطبخ.
6. ذَهَبَتْ الأُمَّهَاتُ إِلَى المَسْجِدِ لِنُصَلِّي صَلاَةَ التَّرَاوِيْحِ
Para ibu itu pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat Tarawih
= dalam kalimat tersebut tidak ada kesesuaian pelaku, karena pelaku awal dalam kalimat adalah para ibu, maka kata ganti pelaku untuk kata صلى - يصلي yang tepat adalah mereka (feminim), bukan kami (نحن).
7. اِشْتَرَيْتُ قَلَمَانِ اثْنَانِ فِيْ السُّوْقِ
Saya membeli dua pulpen di pasar
= interferensi yang terjadi pada kalimat tersebut adalah mengenai harakat kata, dalam bahasa Arab setiap objek haruslah manshub, dan dalam isim yang berbentuk musana, tanda manshubnya adalah ي. Maka, kalimat yang tepat adalah اشتريت قلمين اثنتين.
8. أُرِيْدُ أَنْ تَكُوْنَ طَبِيْبَةً
saya ingin menjadi dokter
= pada kalimat tersebut, terjadi interferensi yang sangat jelas, dalam kalimat ini, mahasiswa mengambil pola kalimat Indonesia kemudian menerjamahkannya secara langsung, tanpa memperhatikan ketentuan yang berlaku pada kalimat bahasa Arab, dalam kalimat bahasa Arab mesti ada keserasian antara pelaku dan kata kerja, karena pelaku tunggal dalam kalimat tersebut adalah saya, kata ganti dalam kata kerjapun harus disesuaikan, maka kalimat yang tepat adalah أريد أن أكون طبيبة.
9. كَانَ الأُمَّهَاتُ يَذْهَبُوْنَ إِلَى السُّوْقِ صَبَاحًا
Ibu-ibu pergi ke pasar pada pagi hari
= kalimat tersebut adalah Jumlah ismiyah, dengan mubtada الأمهاتkata yang berbentuk jama' feminism, maka yang seharusnya digunakan adalah كانت, dan kata kerjanya menjadi يذهبن
10. أَذْهَبُ إِلَى السُّوْقِ فِيْ كُلِّ صَبَاحٍ لِيَشْتَرُوا مَوَادَّ غِذَائِيَّة
Saya pergi ke pasar setiap pagi untuk membeli makanan
= dalam kalimat bahasa Indonesia, tidak ditemukan kesulitan karena saya pergi-untuk membeli, sudah dapat dipahami. Namun, dalam kalimat bahasa Arab mestilah menjadi saya pergi-untuk saya membeli. Karena, dalam kalimat bahasa Arab kata kerja mesti didampingi dengan pelaku, maka kalimat yang tepat adalah أذهب إلى السوق في كل صباح لأشتري مواد غذائية.
11. كَانَ السُّوْقُ فِيْ المَدِيْنَةِ وَيَأْتُوْنَ إِلَى السُّوْقِ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ لِيَشْتَرُوْا الخُضَار
Di kota ada pasar dan kami datang ke pasar setiap hari untuk membeli sayur mayur
= pelaku yang dimaksud dalam kalimat tersebut adalah kami, dalam bahasa Arab berati نحن, maka, kata kerja yang tepat adalah نأتي dan نشتري.
12. الطُّلاَّبُ يَتَعَلَّمُ فِيْ الفَصْلُ
Para mahasiswa belajar di dalam kelas
= interferensi dalam jumlah ismiyah sering terjadi, hal ini karena di dalam kalimat bahasa Indonesia tidak terdapat ketentuan seperti Jumlah Ismiyah, yang mengharuskan adanya keserasian bentuk dan jenis antara mubtada dan khabar. Selain itu dalam bahasa Arab terdapat isim yang harakatnya berubah sesuai dengan keadaannya. Maka kalimat yang tepat adalah 
 الطلاب يتعلمون في الفصلِ.
13. هُوَ وَأَصْدِقَاؤُهُ ذَهَبَ إِلَى السُّوْقِ
Dia dan teman-temannya pergi ke pasar
= dalam kalimat tersebut kata ganti untuk dia dan teman-temannya adalah mereka (maskulin)= هم. Maka, kalimat yang tepat adalah هو وأصدقاؤه ذهبوا إلى السوق.
14. هُوَ طُلاَّبُ جَامِعَةِ جَاكَرْتَا الحُكُوْمِيَّةِ
Dia adalah mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
= dia adalah kata ganti orang ketiga maskulin dan bentuknya mufrad, maka khabarnya yang tepat adalah طالب.
15. ذَهَبْنَ الأُمَّهَاتُ إِلَى السُّوْقِ لَيَشْتَرْنَ المَلاَبِسَ
Ibu-ibu pergi ke pasar untuk membeli pakaian
= untuk Jumlah fi'liyah, fi'il yang diawal kalimat selalu berbentuk mufrod, maka kalimat yang tepat adalah ذهبت الأمهات.
16. جَامِعَةُ إِنْدُوْنِيْسِيَا مَشْهُوْرٌ فِيْ إِنْدُوْنِيْسِيَا
Universitas Indonesia itu terkenal di Indonesia
= karena kata جامعة  bentuknya mufrod dan jenisnya feminim, maka sifat yang tepat untuk kata tersebut adalah مشهورة.

0 komentar:

Posting Komentar

Laris Manis

Jama'ah


ShoutMix chat widget

Toko Baju Online